Langsung ke konten utama

Buku The Division Of Labor In Society karya Emile Durkheim


The division of labor in society dikenal sebagai karya pertama sosiologi klasik (Durkheim, 1893/1964). Di dalam buku tersebut beliau menjelaskan seputar perkembangan modern relasi antara individu dengan masyarakat, penggunaannya mengarah pada sesuatu yang sering disebut sebagai krisi moralitas. Bukunya di pegaruhi oleh pandangan positivistik, selain itu latar belakang beliau yang tinggal di Prancis telah menggiring pemikirannya terkait revolusi Prancis yang sering mengekpresikan diri sebagai serangan terhadap otoritas tradisional dan keyakinan religius. Gejala ini terus berlanjut higga pemerintahaan revolusioner berakhir.

The Division of Labor in Society by Emile Durkheim.2012. Publisher: Martino Fine Books (June 20, 2012)
Cover Buku The Division of Labor In Society
Di dalam masyarakat moderen pembagian kerja dalam sebuah lingkup sosial memiliki tingkat diferensial yang tinggi, perbedaan tersebut memicu terjadinya spesialisasi pekerjaan berbeda mereka tidak lagi memiliki pengalaman yang sama, hal ini merusak kepercayaan moral bersama  yang sangat penting bagi masyarakat. Konsekuensinya adalah, seseorang tidak akan mau berkorban saat kebutuhan sosisal makin meningkat, pendapat Durkheim pembagian kerja yang tinggi bukanlah pertanda keruntuhan moral, akan tetapi merupakan kelahiran moralitas jenis baru. Buku ini merupakan sebuah karya yang bersumber pada tesis beliau, bahwasannya masyarakat modern tidak terikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang meningkatkan masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain.


Solidaritas Mekanis Dan Organis
Perubahan dalam pembagian kerja memiliki implikasi yang besar di dalam struktur masyarakat, sehingga Durkheim menganggap bahwa perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana mereka melihat anggotanya dalam diri mereka sebagai bagian yang utuh amatlah menarik untuk diteliti. Dengan kata lain solidaritas sosial terbentuk di dalam sebuah masyarakat yang baru. Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas yakni solidaritas mekanis yang ditandai oleh paduanya masyarakat karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggungjawab yang sama, sedangkan masyarakat yang organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya dengan fakta semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Terkait kesadaran kolektif menurut durkheim masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, yaitu pemahaman norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian kerja pada masyarakat modern menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. penjelasan lebih lanjut terkait kesadaran kolektif dan masyarakat organis maupun masyarakat mekanis dapat dilihat dalam tabel Anthony giddens (1972).

Dinamika Penduduk
Terkait fakta sosial, pembagian  kerja menurut Durkheim adalah golongan dari faktor sosial material, karena merupakan bagian dari interaksi dalam dunia sosial. perubahan yang sudah dijelaskan dalam sub bab solidaritas mekanis dan organis itu diyakini oleh Durkheim dipengaruhi oleh dinamika penduduk konsep ini merujuk pada jumlah orang dalam masyarakat dan banyaknya interaksi yang terjadi antara mereka semakin banyak orang maka makin meningkat kompetensi memperebutkan sumber-sumber yang terbatas dan peningkatan interaksi tersebut akan mempengaruhi meningkatnya perjuangan untuk bertahan di antara komponen masyarakat yang pada dasarnya sama. 

L.S Lowry - Going to Work 1943
Gambar Masyarakat Perkotaan
Hal tersebut sering dikaitkan dengan kepadatan penduduk yang selalu ditentukan oleh diferensiasi dan akhirnya muncul organisasi sosial bentuk baru, diferensiasi dari kemunculan peningkatan pembagian kerja ja menawarkan efisiensi yang lebih baik yang menyebabkan peningkatan sumberdaya, menciptakan kompetensi secara damai tanpa menimbulkan konflik yang berarti. Perbedaan yang dimiliki oleh masyarakat organis mengarah pada bentuk yang lebih solid dan lebih individual daripada masyarakat yang dibentuk solidaritas mekanis, individualitas yang dimaksud bukanlah hal negatif melainkan memunculkan  keterikatan sosial yang dibutuhkan untuk memperkuat ikatan tersebut. Seperti halnya puzzle, bentuk dari masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri keunikan tersebut akan menghubungkan potongan satu dengan potongan lainnya bukan malah saling menindih antara potongan satu dengan potongan lainnya.

Hukum Represif Dan Restitutif
Sub bab ini Durkheim  ingin mencoba mengkaji perbedaan antara hukum dalam masyarakat solidaritas mekanis dan hukum dalam masyarakat solidaritas organis. menurut beliau masyarakat dengan solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif, sedangkan masyarakat solidaritas organis dibentuk oleh hukum restitutif. Hukum represif dalam masyarakat solidaritas mekanis terjadi karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain dan cenderung percaya pada moralitas bersama, sehingga apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. misalnya jika ada seseorang yang mencuri maka akan dihukum dengan potong tangan sedangkan orang yang melakukan penghinaan akan dihukum potong lidah meskipun pelanggaran terhadap sistem moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat. kata lain dari represif adalah menekan mengekang menahan dan menindas sehingga orang yang melakukan kesalahan akan merasakan tekanan kekangan tahanan ataupun tindasan dari kelompok masyarakat solidaritas mekanis. 

Sedangkan solidaritas organis sistem masyarakatnya menggunakan hukum restitutif, kata lain dari restitutif adalah ganti kerugian yaitu penggantian kerugian yang dialami korban secara fisik maupun mental. Sehingga orang yang melanggar akan dikenai restitusi untuk kejahatan mereka. Dalam kasus ini pelanggaran dianggap menyerang masing-masing individu sehingga tidak semua orang merasakan kerugian tentang pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku. Contohnya ketika ada sebuah penggusuran di suatu wilayah maka orang yang mengalami penggusuran saja yang merasakan pelanggaran hukum atau ketidak adilan sehingga yang berhak mendapatkan restitusi adalah orang yang tergusur saja.

Normal Dan Patologi
Dalam bukunya yang lain The Rules Of Sociological Method, Durkheim berpendapat bahwa dengan sosiologi masyarakat yang sehat bisa diketahui, karena sosiologi akan menemukan kondisi yang sama dalam masyarakat lain yang sedang berada pada level yang sama. Bagi Durkheim kriminal mendorong masyarakat mendefinisikan dan membuktikan kesadaran kolektif mereka, adanya seorang kriminal dalam sebuah kelompok sosial itu adalah hal yang normal. Durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik beberapa bentuk abnormal yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern, dibedakan menjadi tiga bentuk perilaku abnormal yakni Pembagian kerja anomik, Pembagian kerja yang dipaksakan, dan Pembagian kerja yang terkoordinasi dengan buruk. 
Pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu masyarakat tentang apa yang harus mereka kerjakan,  pembagian kerja anomi juga dapat digunakan untuk kondisi sosial dimana manusia kekurangan pengendalian moral. 

Sedangkan patologi kedua merujuk pada fakta bahwa norma yang ketinggalan zaman dan harapan-harapan bisa memaksa individu kelompok dan kelas masuk ke dalam posisi yang tidak sesuai bagi mereka. tradisi kekuatan ekonomi atau status bisa menjadi lebih menentukan pekerjaan yang akan dimiliki ketimbang bakat dan kualifikasi, pendapatnya disini mendekati pendapat marxis. 
Terakhir penyakit patologi ketiga adalah pembagian kerja yang terkoordinasi dengan buruk, di mana fungsi-fungsi khusus yang dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tidak diatur dengan baik. sumbernya berawal dari solidaritas organis yang memiliki paham saling ketergantungan antara mereka. Koordinasi yang kurang sempurna dari spesialisasi kerja menghasilkan patologi sosial.

Keadilan
Agar pembagian kerja dapat berfungsi sebagai moral dan secara sosial menjadi kekuatan pemersatu dalam masyarakat modern maka penyakit sosial atau yang biasa disebut patologi harus ditangani sedemikian rupa. dalam masyarakat modern tidak lagi disatukan oleh pengalaman dan kepercayaan bersama melainkan melalui perbedaan yang terdapat di dalamnya, sejauh perbedaan tersebut mendorong perkembangan tempat terjadinya saling ketergantungan maka kata kunci untuk persoalan ini adalah keadilan sosial. Moralitas, solidaritas, dan keadilan adalah tema besar bagi buku The Division Of Labor In Society karya Emile Durkheim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Cara Mengendalikan Emosi

Seberapa sering sih emosi mengendalikan kita? Sehingga seringkali kita malah bikin berantakan atau malah merusak sesuatu yang udah kita miliki. Kali ini, Sumi Library akan memberikan tips bagaimana mengendalikan emosi negatif dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manapiring. Filosofi Teras atau Stoisisme adalah Filsafat Yunani - Romawi Kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif. yang didalamnya kita dikenalkan terhadap dua prinsip dikotomi kendali yaitu kendali dalam diri dan diluar diri yang tak bisa dikendalikan, dengan menyadari ini kita akan lebih membuka pikiran kita bahwa tidak semuanya merupakan kesalahan kita atau kita dapat menyadari hak kita atas orang lain. Ketika kita mengunakan logika kita, khususnya dalam Filosofi Teras, diharapkan kita dapat : Menghilangkan Emosi Negatif Maksimalkan Hidup pada apa-apa yang benar-benar berguna, tidak terjebak pada yang bukan tujuan kita. Fokus pada apa yang bisa dikerjakan Kita coba untuk masuk dalam prinsip di

FAKTA SOSIAL / EMILE DURKHEIM

Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat dan memberinya kejelasan serta identitas tersendiri Durkheim (1895/1982) Menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi haruslah berupa studi atas fakta sosial. Secara singkat, fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor.   Hal yang penting dalam pemisahan sosiologi dari filsafat adalah ide bahwa fakta sosial dianggap sebagai “sesuatu” (S. Jones.1996) dan dipelajari secara empiris. Artinya bahwa fakta sosial mesti dipelajari dengan perolehan data dari luar pikiran kita melalui observasi dan eksperimen. Studi empiris tentang fakta sosial ini sebagaimana yang termuat dalam sosiologi Durkheimian terpisah dari pendekatan filosofis. Gambar 1. Emile Durkheim Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak baku maupun tidak yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu mas