Langsung ke konten utama

TIGA LANGKAH MENGATASI OMONGAN ORANG

Manusia saling menyakiti dan menyinggung sesamanya - ini kenyataan. Tidak ada tempat di mana pun di dunia ini untuk kita bisa menghindari orang-orang menyebalkan, bahkan di tempat ibadah sekalipun.  Jadi bagaimana mengatasi omongan orang lain yang  menyebalkan ini?

Yang pertama, Omongan orang tidak menurunkan nilai atas diri kita.
Ingat bahwa celaan dan hinaan tidak pernah benar-benar bisa melukai objeknya. Kecuali diizinkan bisa diilustrasikan sebagai berikut : Suatu hari kamu berdiri menghadap sebuah lukisan masterpiece karya seniman besar Indonesia Affandi. 

Kreasi Seni: Lukisan Affandi Ayam Tarung
Gambar : Lukisan Affandi judul Ayam Tarung

Coba kamu berteriak teriak, menghina hina lukisan itu , “Lukisan sampah! Apa bagusnya kamu? anak kecil juga  bisa corat-coret nggak karuan seperti kamu!”
Apakah lukisan itu menjadi lebih buruk? kehilangan keagungannya hanya karena hujatan kita? Apakah lukisan tersebut menjadi “turun derajat” dari status mahakarya hanya karena celaan satu orang? ditambah lagi, lukisan ini hanya sebuah benda mati. Tidakkah kita jauh lebih bernilai dan bisa lebih berfikir daripada sebuah lukisan? 

Kedua, Omongan orang bukan dibawah kendali diri kita. 
Umpan balik, nasihat dan opini yang membangun dan memperbaiki diri kita sendiri harus kita hormati dan dengarkan.  Tapi pendapat orang lain tidak akan ada habisnya untuk diikuti dan bisa berubah semau pemilik pendapat. Yang dipertanyakan adalah ketika kita mengira bisa bahagia dan damai dengan terus menerus menyenangkan orang lain. Ingatlah bahwa omongan orang bukan dibawah kendali diri kita.

gosip, perempuan, berbincang

Yang ketiga. Respon kita atas omongan orang adalah dibawah kendali kita. 
Sebuah penghinaan sesungguhnya tidak bernilai sampai objeknya 'merasa' bahwa ia disakiti. Saat ini terjadi maka penghinaan itu “sukses”. Namun, jika sang objek tidak merasa terhina, maka hinaan itu sesungguhnya sebuah serangan yang tidak berarti. Tindakan menghina ada dibawah kendali orang lain. 'Merasa terhina' ada di bawah kendali kita.  Perlu kita ketahui bahwa “Orang berbuat Jahat akibat ketidaktahuannya dan sayangnya dia tidak tahu bahwa ia sedang berbuat jahat”.  Bakal percuma juga kan kamu terprovokasi sama omongan orang yang gak tahu kalau dia lagi jahatin kamu. Akhirnya kan “salah kamu sendiri kok merasa terhina” 

Jadi intinya adalah kita tidak perlu merasa terhina dengan omongan orang lain, karena ketika merasa terhina. Kita telah terprovokasi dengan omongan itu dan sukses sudah penghinaan itu menerpamu, coba untuk tanggapi omongan orang itu dengan santai atau dengan berbaik hati, maka nanti yang ngomongin kamu bakal salah tingkah sendiri "aku jahatin kok tambah baik orang ini", kurang lebih seperti itu. Semoga tiga langkah diatas bisa membuat kita menjadi lebih santai dengan omongan orang yang seringkali tidak dipikir terlebih dulu.
Semoga kita bisa mengendalikan diri kita dan selalu dalam kedamaian. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sawah di Awal September

Para petani hari ini telah membajak sawah di awal bulan September. Si Kecil berlarian di pematang sawah dan masuk ke lumpur yang telah menjadi lembek hari ini. Ia bermain saja hingga semua tubuhnya tenggelam di dalamnya. yang terlihat hanya kedua bola mata dan hidungnya sendiri tinggal separuh tertutup lumpur lainnya. Bencara global (Covid) telah menyebabkan tempat mengaji tutup kembali untuk kedua kalinya. Hari ini dia tidak mengaji, kami habiskan waktu berdua di sawah, melewati pematang sawah yang tak hijau lagi, sebentar lagi petani akan menanam bibit-bibit, langit cerah biru bergulung-gulung terhampar di atas kepala kami, panas yang diiringi dengan angin surga siang hari, ia masuk ke lumpur, pindah dari satu sawah ke sawah lainnya. Beberapa hari ini, hujan turun dengan santai. Si Kecil berlarian dibawahnya bersama anak-anak tetangga, hari-hari di desa penuh pengalaman yang cukup menggairahkan daripada di ibu kota yang membosankan.  Sekarang ia berada di depan mataku, di samping...

Bagaimana Cara Mengendalikan Emosi

Seberapa sering sih emosi mengendalikan kita? Sehingga seringkali kita malah bikin berantakan atau malah merusak sesuatu yang udah kita miliki. Kali ini, Sumi Library akan memberikan tips bagaimana mengendalikan emosi negatif dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manapiring. Filosofi Teras atau Stoisisme adalah Filsafat Yunani - Romawi Kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif. yang didalamnya kita dikenalkan terhadap dua prinsip dikotomi kendali yaitu kendali dalam diri dan diluar diri yang tak bisa dikendalikan, dengan menyadari ini kita akan lebih membuka pikiran kita bahwa tidak semuanya merupakan kesalahan kita atau kita dapat menyadari hak kita atas orang lain. Ketika kita mengunakan logika kita, khususnya dalam Filosofi Teras, diharapkan kita dapat : Menghilangkan Emosi Negatif Maksimalkan Hidup pada apa-apa yang benar-benar berguna, tidak terjebak pada yang bukan tujuan kita. Fokus pada apa yang bisa dikerjakan Kita coba untuk masuk dalam prinsip di...

Pelukis Vincent Van Gogh

Dalam laman resmi vangoghmuseum.nl biografi Vincent Van Gogh memiliki sub laman tersendiri, ia memiliki nama lengkap Vincent Willem Van Gogh lahir pada 30 maret 1853 di Barbant village of Zundert, Belanda. Anak dengan enam bersaudara, ia adalah anak nomor dua dari pasangan Theodorus Van Gogh dan Anna Cornelia Carbenuts. Meninggal pada 30 juli 1890 dengan lebih dari 850 lukisan dan 1300 gambar diatas kertas. Sebelum memutuskan menjadi pelukis ia adalah seorang murid, seorang juru tulis di sebuah perusahaan seni, sorang guru dan penjual buku hingga memutuskan menjadi pelukis pada usianya yang ke 27 hal tersebut tidak hanya merubah hidupnya tetapi merubah se;jarah seni rupa. Ia dikenal dengan karya lukis diluar konteks fisik dan emosional melalui maka kuasnya yang meliuk-liuk. Ia memutuska berhanti di sekolah pada sekitar umur 15 th (1867-1868) dan memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya. Pada umur 16 th dia bekerja bengkel seni Goupil & Cie. Pada tahun 1873 i...